Candi Plaosan terletak di Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, kira-kira 1,5 km ke arah timur dari Candi Sewu. Candi ini merupakan sebuah kompleks bangunan kuno yang terbagi menjadi dua, yaitu kompleks Candi Plaosan Lor (lor dalam bahasa Jawa berarti utara) dan kompleks Candi Plaosan Kidul (kidul dalam bahasa Jawa berarti selatan). Pahatan yang terdapat di Candi Plaosan sangat halus dan rinci, mirip dengan yang terdapat di Candi Borobudur, Candi Sewu, dan Candi Sari.
Adanya kemuncak stupa, arca Buddha,
serta candi-candi perwara (pendamping/kecil) yang berbentuk stupa menandakan bahwa candi-candi tersebut adalah candi Buddha. Para ahli memperkirakan bahwa candi ini dibangun
pada masa pemerintahan Rakai Pikatan dari Kerajaan Mataram Hindu, yaitu pada
awal abad ke-9 M. Salah satu pakar yang mendukung pendapat itu adalah De
Casparis yang berpegang pada isi Prasasti Cri Kahulunan (842 M). Dalam prasasti
tersebut dinyatakan bahwa Candi Plaosan Lor dibangun oleh Ratu Sri Kahulunan,
dengan dukungan suaminya. Menurut De Casparis, Sri Kahulunan adalah gelar
Pramudyawardani, putri Raja Samarattungga dari Wangsa Syailendra. Sang Putri,
yang memeluk agama Buddha, menikah dengan Rakai Pikatan dari Wangsa Sanjaya,
yang memeluk agama Hindu.
Candi Plaosan adalah candi yang dibangun sebagai bukti cinta
Rakai Pikatan kepada Pramudyawardani. Dalam riwayat disebutkan, pernikahan
Rakai Pikatan dan Pramudyawardani sebenarnya tidak disetujui oleh keluarga
mereka masing-masing. Keduanya memang berasal dari keluara besar (dinasti) yang
pernah berjaya di Jawa, namun berbeda prinsip, budaya, dan agama. Kendati
menuai banyak tantangan, Rakai Pikatan dan Pramudyawardani tetap berkehendak
menikah. Maka dibangunlah candi sebagai symbol keabadian cinta Rakai Pikatan
dan Pramudyawardani.
Pendapat lain mengenai pembangunan Candi
Plaosan ialah bahwa candi tersebut dibangun sebelum masa pemerintahan Rakai
Pikatan. Menurut Anggraeni, yang dimaksud dengan Sri Kahulunan adalah ibu Rakai
Garung yang memerintah Mataram sebelum Rakai Pikatan. Masa pemerintahan Rakai
Pikatan terlalu singkat untuk dapat membangun candi sebesar Candi Plaosan.
Rakai Pikatan membangun candi perwara setelah masa pembangunan candi utamanya.
Pada bulan Oktober 2003, di kompleks
dekat Candi Perwara di kompleks Candi Plaosan Kidul ditemukan sebuah prasasti
yang diperkirakan berasal dari abad ke-9 M. Prasasti yang terbuat dari lempengan
emas berukuran 18,5 X 2,2 cm. tersebut berisi tulisan dalam bahasa Sansekerta
yang ditulis menggunakan huruf Jawa Kuno. Isi prasasti masih belum diketahui,
namun menurut Tjahjono Prasodjo, epigraf yang ditugasi membacanya, prasasti
tersebut menguatkan dugaan bahwa Candi Plaosan dibangun pada masa pemerintahan
Rakai Pikatan.
Kompleks Plaosan dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul. Kedua candi itu
memiliki teras berbentuk segi empat yang dikelilingi oleh dinding, tempat
semedi berbentuk gardu di bagian barat serta stupa di sisi lainnya. Karena
kesamaan itu, maka kenampakan Candi Plaosan Lor dan Kidul hampir serupa jika
dilihat dari jauh sehingga sampai sekarang Candi Plaosan juga sering disebut
candi kembar.
Pada relief candi yang terletak di
sisi utara, yang konon dibangun oleh Rakai Pikatan, digambarkan sosok perempuan
sebagai wujud kekaguman dan kecintaannya kepada Pramudyawardani. Sedangkan
relief di sisi selatan yang menampilkan gambar sosok pria, dipercaya merupakan
hasil karya dari Pramudyawardani sebagai bentuk penghormatan, pengabdian, dan
kasih sayang kepada sang suami, yakni Rakai Pikatan.
PLAOSAN LOR
Candi Plaosan Lor merupakan sebuah kompleks percandian
yang luas. Di depan (barat) kompleks Plaosan Lor terdapat dua pasang arca
Dwarapala yang saling berhadapan, sepasang terletak di pintu masuk utara dan
sepasang di pintu masuk selatan. Masing-masing arca setinggi manusia ini
berada dalam posisi duduk di atas kaki kanannya yang terlipat dengan kaki
kiri ditekuk di depan tubuh. Tangan kanannya memegang gada, sedangkan tangan
kiri tertumpang di atas lutut kiri.
Di pelataran utara terdapat teras batu berbentuk persegi
yang dikelilingi oleh deretan umpak batu. Diduga teras batu tersebut
merupakan tempat meletakkan sesajian. Konon di atas teras tersebut tadinya
terdapat bangunan dari kayu, sedangkan di atas masing-masing umpak tadinya
terdapat sebuah arca Dhyani Buddha.
Teras yang serupa namun berukuran lebih kecil terdapat
juga di selatan kompleks Candi Plaosan Lor. Di pelataran utara kompleks Candi
Plaosan juga terdapat 6 buah stupa besar.
Di pusat kompleks Candi Plaosan Lor
terdapat dua bangunan bertingkat dua yang merupakan candi utama. Kedua
bangunan tersebut menghadap ke barat dan masing-masing dikelilingi oleh pagar
batu.
Dinding batu yang memagari masing-masing candi utama
dikelilingi oleh candi perwara yang semula berjumlah 174, terdiri atas 58
candi kecil berdenah dasar persegi dan 116 bangunan berbentuk stupa. Tujuh
candi berbaris di masing-masing sisi utara dan selatan setiap candi utama, 19
candi berbaris sebelah timur atau belakang kedua candi utama, sedangkan 17
candi lagi berbaris di depan kedua candi utama. Hampir semua candi perwara
tersebut saat ini dalam keadaan hancur.
Di setiap sudut barisan candi perwara masih terdapat
sebuah candi kecil lagi yang dikelilingi oleh dua barisan umpak yang juga
diselingi dengan sebuah candi kecil lagi di setiap sudutnya.
Di sisi barat pagar batu yang mengelilingi masing-masing
bangunan utama terdapat sebuah gerbang berupa gapura paduraksa, dengan atap
yang dihiasi deretan mahkota kecil. Puncak atap gapura berbentuk persegi
dengan mahkota kecil di atasnya.
Masing-masing bangunan candi utama berdiri di atas kaki
setinggi sekitar 60 cm tanpa selasar yang mengelilingi tubuhnya. Tangga
menuju pintu dilengkapi dengan pipi tangga yang memiliki hiasan kepala naga
di pangkalnya. Bingkai pintu dihiasi pahatan bermotif bunga dan
sulur-suluran. Di atas ambang pintu terdapat hiasan kepala Kala tanpa rahang
bawah.
Sepanjang dinding luar tubuh kedua candi utama dihiasi
oleh relief yang menggambarkan laki-laki dan perempuan yang sedang berdiri
dalam ukuran yang mendekati ukuran manusia sesungguhnya. Relief pada dinding
candi yang di selatan menggambarkan laki-laki, sedangkan pada candi yang di
utara menggambarkan perempuan.
Bagian dalam kedua bangunan utama
terbagi menjadi enam ruangan, tiga ruangan terletak di bawah, sedangkan tiga
ruangan lainnya terletak di tingkat dua. Lantai papan yang membatasi kedua
tingkat saat ini sudah tidak ada lagi, namun pada dinding masih terlihat alur
bekas tempat memasang lantai.
Di ruang tengah terdapat 3 arca Buddha duduk berderet di
atas padadmasana menghadap pintu, namun arca Buddha yang berada di tengah
sudah raib. Pada dinding di kiri dan kanan ruangan terdapat relung yang
tampaknya merupakan tempat meletakkan penerangan. Relung tersebut diapit oleh
relief Kuwera dan Hariti.
Di kiri dan kanan, dekat pintu utama, terdapat pintu
penghubung ke ruangan samping. Susunan di kedua ruangan bawah lainnya, baik
di bangunan utara maupun di bangunan selatan, mirip dengan susunan di ruang
tengah. Di sisi timur terdapat 3 arca Buddha duduk berderet di atas
padadmasana menghadap ke barat. Arca Buddha yang berada di tengah juga sudah
raib.
Candi Plaosan Kidul terletak di selatan Candi Plaosan Lor,
terpisah oleh jalan raya. Bila di kompleks Palosan Lor kedua candi utamanya
masih berdiri dengan megah, di kompleks Candi Plaosan Kidul candi utamanya
sudah tinggal reruntuhan. Yang masih berdiri hanyalah beberapa candi perwara. Pada saat pengambilan gambar, yaitu bulan
Mei 2003, penggalian dan pemugaran Candi Plaosan Kidul sedang dilaksanakan.
|
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar